Senin, 23 Mei 2011

Rasulullah SAW sebagai tauladan "Pribadi Mandiri"  


Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah." (HR.Imam Ahmad).

Pada usia 6 tahun rasulullah SAW sudah menjadi yatim piatu, namun dengan kemandirian dan kecerdasanya beliau mulai berusaha guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Diawali pada usia 8 tahun, beliau sudah mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing milik orang lain. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: " Tidak ada seorang Nabi pun melainkan ia pernah bekerja menggembalakan kambing". Aktifitas Rasulullah ini secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh pamanya, Abu Thalib. Pada usia 12 tahun, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa dibawah asuhan pamanya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamanya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota Mekkah.

Bisnisnya diawali dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi di kota Mekkah, yaitu dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. ketetika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tidak lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang dilakukanya. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan amin (terpercaya).

Sepulang dari perjalanan dagang pertamanya, beliau begitu sering bisnis bahkan sampai keseluruh Jazirah arab sudah terkenal seorang profesional muda bernama Muhammad. Di usia 25 tahun, beliau menikah dengan seorang konglomerawati bernama Khadijah. Dengan memberikan mahar sebanyak 20 ekor unta betina. (seandainya harga unta sekarang kurang lebih 15.000.000 x 20 = 300.000.000). Angka yang cukup fantastis bagi pemuda usia 25 tahun bisa memberikan mahar Rp 300.000.000 kepada calon istrinya.

Berkaitan dengan keteladanan yang disampaikankan oleh Rasulullah  SAW, maka kami selaku penulis mengajak kepada para orang tua di kabupaten Musi Banyuasin untuk mendayagunakan keahlian. Baik itu keahlian dalam bentuk usaha bertani, berdagang maupun berwiraswasta yang nantinya dipersiapkan untuk  biaya pendidikan putra putinya,  dengan harapan  kelak putra putrinya akan menjadi generasi muda yang mampu membawa kemajuan bagi agama, bangsa dan negaranya. Amin.....

Jumat, 21 Januari 2011

UPAYA   MENINGKATKAN  MOTIVASI   BELAJAR   BIOLOGI  SISWA   KELAS   VIII A3 
 SMA  MUHAMMADIYAH  1  YOGYAKARTA  PADA  MATERI  SISTEM  PENCERNAAN   MANUSIA  DENGAN  MENGGUNAKAN  MACROMEDIA  FLASH
TAHUN  AJARAN 2010/2011

Oleh
Triyanto
06008006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas VIII A3 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta karena motivasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif, banyak terdiam dan lebih  konsentrasi dengan dunia  mereka sendiri, sebagian ada yang mengantuk dan bermain-main sendiri serta setiap diberikan kesempatan untuk bertanya kurang direspon dan tidak terlalu dimanfaatkan oleh siswa.  Selain itu guru juga belum mampu mengembangkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga perolehan hasil ulangan antara nilai tertinggi dan terendah tidak seimbang. Alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan media pembelajaran Macromedia Flash

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang terdiri dari 2 siklus tindakan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A3 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta pada tahun ajaran 2010/ 2011, berjumlah 36 siswa. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan test. Instrumen yang digunakan adalah  lembar observasi dan soal test berupa pilihan ganda. Data dianalisis secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II melalui pembelajaran dengan menggunakan media Macromedia Flash pada  pembelajaran biologi  materi  Sistem Pencernaan pada Manusia  di kelas  VIII A3 SMA Muhammadiyah  1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/ 2011.



Kata kunci: Motivasi belajar siswa, Macromedia Flash, Sistem Pencernaan

Rabu, 19 Januari 2011


Reason dan Breadbury, 2001 menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berlandaskan pandangan dunia partisipatori yang muncul pada momentum histori saat ini.
Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Burn (1999). menjabarkan bahwa penelitian tindakan adalah pengumpulan informasi yang sistematis yang di rancang untuk menghasilkan perubahan sosial.
Penelitian tindakan menurut Carr dan Kemmis (1996) merupakan suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh para pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai tiga unsur, yaitu Penelitian, Tindakan dan Kelas :
Penelitian : aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tindakan : suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar.
Kelas : Sekelompok siswa yang dalam waktu yang lama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan atau (Classroom action research) . Dari beberapa penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa pengertian PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

Selasa, 18 Januari 2011

VISIT MUSI




Objek Wisata di Kota Palembang
  1. Benteng Belanda
  2. Benteng Kuto Besak
  3. Benteng Kuto Gawang
Museum
  1. Monpera
  2. Museum SMB II
  3. Museum Bala Putra Dewa
  4. Museum TPKS
  5. Museum Textile
Jembatan & Sungai
  1. Jembatan Ampera
  2. Jembatan Kertapati
  3. Sungai Musi
Pasar
  1. Pasar 16 Ilir
  2. Pasar Sekanak
Tempat Ibadah
  1. Masjid Agung
  2. Masjid Lawang Kidul
  3. Masjid Al-Mahmudiyah (Masjid Suro)
  4. Masjid Sungai Lumpur
  5. Masjid Kiai Merogan
  6. Masjid Ceng HO
  7. Kelenteng Soei Goiat Kiong
Pemakaman Sultan & Raja-Raja Palembang
  1. Kambang Koci
  2. Kawah Tekurep
  3. Makam Sultan Agung
  4. Sabokingking
  5. Makam Ki Gede Ing Suro
  6. Bukit Siguntang
Permukiman
  1. Guguk Jero Pager Plembang Lamo
Pulau
  1. Pulau Kemaro
  2. Pulau Seribu
PT Pusri & Pertamina
  1. Sungai Gerong dan Pertamina
  2. Kamar Bola
  3. Bagus Kuning
  4. PT Pusri
Kampung Etnis
  1. Kompleks Assegaff
  2. Al Munawar dan Kapten Arab
  3. Kampung Kapitan
Wisata Alam
  1. Taman Hutan Wisata Punti Kayu
  2. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS)
Tempat Sejarah
  1. Kantor Ledeng
Pelabuhan
  1. Boom Baru
Rumah
  1. Rumah Limas
  2. Rumah Rakit

Senin, 17 Januari 2011

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau “Ṣ̄rī wichạy”) adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan . Selanjut prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa dari Jawa ditahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Dan di akhir masa, kerajaan ini takluk di bawah kerajaan Majapahit.
Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia). Namun Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak di provinsi Jambi sekarang, yaitu pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi.

Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Pembentukan dan Pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I-tsing.
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim. Negara ini tidak memperluas kekuasaannya diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Sekitar tahun 500, akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas tiga zona utama – daerah ibukota muara yang berpusatkan Palembang, lembah Sungai Musi yang berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah muara saingan yang mampu menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yang berharga untuk pedagang Tiongkok Ibukota diperintah secara langsung oleh penguasa, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh datu setempat.

Dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa, Kerajaan Minanga takluk di bawah imperium Sriwijaya. Penguasaan atas Malayu yang kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan Sriwijaya.
Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.
Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.
Berdasarkan Prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 682 dan ditemukan di pulau Bangka, Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Di abad ke-7, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera yaitu Malayu dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di abad yang sama.

Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi, Indonesia.
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi, Indonesia.
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.
Di abad ke-9, wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Filipina. Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang hebat hingga abad ke-13.