Senin, 17 Januari 2011

Modal dasar seorang Guru 

Guru adalah salah satu komponen pencipta peradaban. Sebenarnya modal dasar apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru agar benar-benar mampu menjadi terdepan dalam perubahan jaman?. Berikut adalah sejumlah kriteria bagi guru dan calon guru agar mampu tampil sempurna di depan murid-muridnya : 
  • Kecerdasan spiritualnya memadai.    Guru, digugu dan ditiru. sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang  guru. Tak perlu diperdebatkan lagi kiranya bahwa guru adalah profesi yang paling mulia dan kita pantas memberi hormat setinggi-tingginya kepada Bapak dan Ibu Guru kita yang telah berjasa mendidik dan membimbing kita. Guru merupakan sosok yang berada di atas rata-rata dari manusia biasa. Akidah dan akhlaknya di atas rata-rata sehingga ia bukan saja menjadi guru bagi murid-muridnya, tetapi yang paling penting menjadi guru bagi dirinya sendiri.Apa yang diharapkan dari seorang guru yang menganggap sholat tidak penting?. Ada cacat keimanan disini, dan seorang guru yang membiarkan dirinya cacat imanya berarti dedikasinya sebagai seorang guru patut diragukan. Dalam bahasa lain seorang guru idealnya memiliki kecerdasan spiritual ( Spiritual Quotien / SQ) yang memadai. Untuk mencetak anak-anak kita sebagai generasi yang berakhlakul karimah selama para guru harus  membekali dirinya dengan dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual itu tidak cukup hanya dengan menguasai dasar-dasar agama dengan baik, yang utama adalah menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi teladan bagi murid-muridnya. Kriteria sederhana seorang guru yang dianggap memiliki kecerdasan spiritual adalah apabila ia meyakini dirinya sebagai bagian dari alam semesta yang tidak lepas dari kehendak Sang Maha Kuasa. ada kekuatan lain yang jauh lebih besar dari manusia, dan kekuatan tersenut adalah Allah SWT.
  • Kecerdasan emosinya cukup.   Kemampuan spiritual merupakan batu pijakan yang kokoh untuk menjadi seorang guru yang mumpuni. Tetapi kemampuan tersebut belum memadai sebelum di lengkapi dengan kemampuan emosional (Emotional Quotient) dan intelektual (Intelligence Quotient).  Kemampuan emosional merujuk pada kecakapan untuk mengelola batinya sendiri dan batinya murid-muridnya dan kemampuan untuk memberikan motivasi baik kepada dirinya sendiri maupun murid-muridnya. Fokus utamanya adalah bagaimana seorang guru mampu mengelola emosinya sendiri. Kemampuan mengelola emosi ini sangat penting agar ia bisa tampil didepan murid-muridnya sebagai guru yang bijaksana. Kita tahu mendidik itu bukan saja berarti mencerdaskan anak-anak untuk memiliki kecerdasan intelektual tetapi juga spiritual dan emosional. Disamping otaknya pandai dan mampu mengendaliakan diri juga memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat kepada Allah SWT. Singkat kata mendidik berarti mencetak anak didik sebagai manusia yang utuh baik lahir maupun batin.
  • Kecerdasan intelektualnya lumayan.  Modal dasar yang pas-pasan bagi seorang guru adalah otaknya lumayan. Lebih bagus lagi jika selalu berusaha mengasah kemampuannya sehingga menjadi pandai. Lumayan artinya diatas rata-rata. Wajar kan? sebab, mana mungkin mengajari murid-muridnya jika ia sendiri telmi alias telat mikir atau tulalit. Yang dimaksud lumayan itu apabila ia mampu menguasai bidang yang diajarkan dengan baik. Disamping itu nalarnya tidak mandeg sehingga tanggap terhadap perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan bidangnya. Seorang guru seharusnya selalu berusaha mengembangkan kemampuan agar menemukan kreasi dan inovasi baru demi murid-muridnya. Ia tidak boleh putus asa dengan pedoman yang ada, tetapi ia harus berupaya memperbaiki apa yang sudah diberikan dengan cukup baik kepada murid-muridnya agar menjadi semaikn baik. Ia harus mempunyai gagasan baru demi menigkatkan kecerdasan anak didiknya.
  • Memilki kemampuan berbicara.  Yang dimaksud kemampuan berbicara adalah apabila ia menerangkan dapat diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Kata-katanya jelas dan mudah dimengerti, sehingga sekali bicara sudah dapat dimengerti oleh murid-muridnya. Tidak terlalu mengulang berkali-kali yang hanya menghabiskan waktu saja. Kemampuan berbicara termasuk salah satu dari fasilitas yang harus dimiliki oleh seorang guru. seorang guru dituntut tidak sekedar pandai, tetapi juga mampu menerangkan kepada murid-muridnya dengan baik. Banyak guru yang pandai dalam bidangnya, namun kurang disukai murid-muridnya lantaran tidak bisa menerangkan dengan baik di depan kelas.
  • Sabar menghadapi murid.  Seorang guru mestinya identik dengan seorang yang matang jiwanya. Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala apapun yang menghalangi tugas-tugasnya. Dalam segala hal harusnya lebih segala-galanya dari muri-muridnya, khususnya yang berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. seorang guru harus bersabar dalam menghadapi murid yang bandel. Sebenarnya bukan kebandelan saja yang dihadapi seorang guru, tetapi juga murid yang lamban dalam menangkap pelajaran. Tidak ada ceritanya guru yang berhasil mendidik murid-muridnya dengan baik tanpa kesabaran. Atau mungkin bisa di katakan  bahwa kesabaran merupakan syarat mutlak untuk menjadi guru. Sebab, yang diajarkan bukan hanya mata pelajaran melainkan budi pekerti. Bagaimana mungkin melatih anak didiknya untuk memiliki budi pekerti yang luhur jika ia sebagai guru bersikap grusa-grusu dan tidak sabaran? Kesabaran merupakan salah satu perangkat budi pekerti, tiada budi pekerti tanpa kesabaran. Bahkan bisa di katakan inti budi pekerti itu adalah kesabaran.
  • Memiliki kedisiplinan yang tinggi.  Disiplin merupakan faktor penting pembentukan karakter murid. Profesionalisme seorang guru bisa diukur dari tingkat kedisiplinannya dalam menjalankan profesinya. Disiplin bukan hanya terbatas soal waktu namun juga menyangkut perilaku yang lain seperti kerapian dalam berpakaian, memarkir sepeda motornya di tempat parkir, dan sebagainya.Seorang guru sebaiknya mengajari dirinya sendiri untuk berdisiplin tinggi sebelum mengajari murid-muridnya. Inilah bentuk transfer tingkah laku yang efektif serta efisien. Disiplin nampaknya sudah menjadi keniscayaan, hal ini harus melekat pada seorang guru. Itulah beratnya menjalani profesi sebagai seorang guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar daripada profesi yang lain tetapi dengan tingkat kesejahteraan yang terkadang jauh dibawah pegawai negri lainnya. Sebab ketidak disiplinannya bukan hanya akan merugikan dirinya sendiri, melainkan seluruh anak didiknya.
  • Memiliki jiwa pendidik.  Mungkin ada yang bertanya sinis, masa seorang guru harus memiliki jiwa pedagang? Ndak lucu, bukan? Seorang guru tentunya harus memiliki jiwa pendidik. Sebuah keharusan? Cobalah bertanya pada para guru, haruskah jiwa pendidik ini menjadi keharusan? mereka pasti akan mengiyakanya. Para guru yang kebetulan belum memiliki jiwa pendidik sebaiknya mulai menanamkan kedalam dirinya jiwa kependidikan. Apapun motivasinya sebagai guru, namun jiwa pendidik ini tidak boleh ditinggalkan. Berbeda dengan profesi lain yang lebih banyak mengelola benda-benda mati, tugas guru jauh lebih berat. Karena mereka langsung berhadapan, dan bukan sekedar berhadapan tetapi juga berdialog dengan kewajiban mencerdaskan obyek yang diajak berdialog tersebut. Guru berkewajiban mengelola potensi manusia yang berupa murid yang semula tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya. tentunya bukan merupakan tugas yang ringan. Disini diperlukan sebuah jiwa "ruh" pendidik sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan formalitas.
Demi kemajuan pendidikan dikabupaten Musi Banyuasin, kecamatan sungai lilin dan kecamatan keluang. Diharapkan kepada para guru maupun calon guru untuk terus meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru. Karena, ditangan saudara-saudara sekalian akan lahir sebuah peradaban baru yang baik tidaknya tergantung dari usaha seorang guru untuk menjadi teladan yang baik, pendidik dan pembimbing yang baik  serta  menyampaikan ilmu sesuai dengan bidangnya dengan baik. MUBA BISA!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar